ANALISIS PAPARAN ALERGEN TUNGAU DEBU DI LINGKUNGAN SEKOLAH TERKAIT DENGAN SENSITISASI ALERGI DI SEKOLAH DASAR DI SERANG TAHUN 2021
Abstract
Tungau debu merupakan salah satu aeroalergen yang paling umum yang memiliki hubungan kuat dengan manifestasi dan sensitisasi alergi. Paparan alergen di sekolah dapat menyebabkan sensitisasi dan memicu penyakit atopik dan manifestasi alergi, sehingga menurunkan prestasi belajar siswa di sekolah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis kualitas udara dalam ruangan sekolah terkait tungau debu dan pengaruhnya terhadap sensitisasi alergi pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan tungau debu di sekolah dengan sensitisasi alergi serta mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan sensitisasi alergi. Metode dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang dilakukan di SD, Kota Serang. Sebanyak 112 siswa diacak menjadi responden dalam penelitian ini. Paparan tungau debu dinilai dengan menyedot debu yang mengendap di ruang kelas dan kemudian menganalisisnya menggunakan metode flotasi untuk menghitung kepadatan dan mengidentifikasi tungau debu. Sensitisasi siswa dinilai menggunakan tes tusuk kulit sedangkan faktor risiko diidentifikasi dengan mengisi kuesioner ISAAC. Hasil penelitian didapatkan 31 siswa tersensitisasi D.pteronyssinus dan 37 siswa tersensitisasi D.farinae. 1,7 gram debu yang mengendap diambil dari 8 sampel. Tidak ada hubungan bermakna antara paparan tungau debu dengan sensitisasi alergi terhadap D.pteronyssinus dan D farinae (D.pteronyssinus p>0,05; OR 1,211; CI 0,736 – 6,470 dan D.farinae p>0,05; OR 2,182; CI 0,396 – 3,704 ). Kepadatan tungau debu di sekolah adalah 0,58 tungau/gram debu. Ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan hewan peliharaan (kucing atau anjing) dengan sensitisasi D.farinae (p<0,05; OR 2,5; CI 1,192 – 5,525). Ada juga hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan sensitisasi D.pteronyssinus (p<0,05; OR 2,876, CI 1,216 – 6,801), sehingga rendahnya paparan tungau debu di lingkungan sekolah tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sensitisasi anak.
References
bramson, SL. et al., (2006). Allergens in School Settings: Results of Environmental Assessments in 3 City School Systems. J Sch Health. 2006;76(6):246-249
ACAAI Public Website. (2014). Types of Allergies. [online] Available at: http://acaai.org/allergies/types [Accessed: 23 Jan. 2021].
Arshad, SH. (2009). Does Exposure to Indoor Allergens Contribute to the Development of Asthma and Allergy?
Current Allergy and Asthma Reports, 10(1), pp.49-55.
ASCIA. (2016). Skin Prick Test Manual. Australian Society of Clinical Immunology and Allergy
Brożek, J., Bousquet, J., Baena-Cagnani, C., Bonini, S., Canonica, G., Casale, T., van Wijk, R., Ohta, K., Zuberbier, T. and Schünemann, H. (2010). Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) guidelines: 2010 Revision. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 126(3), pp.466-476.
Chad, Z. (2001). Allergies in Children. Paediatrics & Child Health, 6(8), pp.555-566.
Encyclopedia Britannica. (2017). Mite. [online] Available at: https://www.britannica.com/animal/mite [Accessed 2 Jun. 2021].
Feng, M. et al., (2016). Associations of Early Life Exposures and Environmental Factors with Asthma Among Children in Rural and Urban Areas of Guangdong, China. CHEST; 149(4), pp. 1030-1041
Fsadni, P; Montefort, S. (2013). School Indoor Air Quality and Allergen Exposure. Malta Medical Journal. Vol 25 (3)
Hadi KU (2014). Dust mite: Dermatophagoides. http://upikke.staf.ipb.ac.id –Diakses 7 Juni 2021.
Heinzerling, L., Mari, A., Bergmann, K., Bresciani, M., Burbach, G., Darsow, U., Durham, S., Fokkens, W., Gjomarkaj, M., Haahtela, T., Bom, A., Wöhrl, S., Maibach, H. and Lockey, R. (2013). The Skin Prick Test – European standards. Clinical and Translational Allergy, 3(1), p.3.
Hess-Kosa, K. (2011). Indoor Air Quality. 2nd ed.
Hossny E. (2012). Allergic diagnostic test. (PDF) http://www.espaieg.org/World%2520allergy%252Wweek%2520Allergy_diagnosis.%2520Hossny.pdf
Institute of Medicine. (2000). Clearing the Air. Washington, DC: National Academy Press.
Karunasekera, K. et al., (2009). Genetic and Environmental Risk for Asthma in Children Aged 5-11 Years. Sri Lanka Journal of Child Health. 34(3), pp.79–83.
Kementrian Kesehatan RI. (n.d.). Infodatin: You Can Control Your Asthma.
Kholid, Y. (2013). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Rinitis Allergy Pada Usia 13-14 Tahun di Ciputat Timur Dengan Menggunakan Kuesioner International Study of Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) Tahun 2013. Skripsi: FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kim, H., Shin, Y. and Han, M. (2014). Determinants of Sensitization to Allergen in Infants and Young Children. Korean Journal of Pediatrics, 57(5), p.205.
Korppi, M., Hyvärinen, M., Kotaniemi-Syrjänen, A., Piippo-Savolainen, E. and Reijonen, T. (2008). Early Exposure and Sensitization to Cat and Dog: Different Effects on Asthma Risk After Wheezing in Infancy. Pediatric Allergy and Immunology, 19(8), pp.696-701.
Kumar, V., Abbas, A., Aster, J., Cotran, R. and Robbins, S. (2015). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier
Kusnoputranto, H., & Susanna, D. (2002). Kesehatan Lingkungan Permukiman dan Perkantoran. Depok: Universitas Indonesia.
Krop EJM, Jacobs JH, Sander I, Raulf-Heimsoth M, Heederik DJJ (2014) Allergens and b-Glucans in Dutch Homes and Schools: Characterizing Airborne Levels. PLoS ONE 9(2): e88871. doi:10.1371/journal.pone.0088871
Lumbanraja, HLP. (2007). Distribusi Alergen pada Penderita Rinitis Allergy di Departemen THT-KL FK USU RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis: Universitas Sumatera Utara.
Nelson HS, Lahr J, Buchmeier A, McCormick D. (1998). Evaluation of Devices for Skin prick Testing. J Allergy and Clin Immunol 1998; 101: 153-6
Norbäck, D., Markowicz, P., Cai, G., Hashim, Z., Ali, F., Zheng, Y., Lai, X., Spangfort, M., Larsson, L. and Hashim, J. (2014). Endotoxin, Ergosterol, Fungal DNA and Allergens in Dust from Schools in Johor Bahru, Malaysia- Associations with Asthma and Respiratory Infections in Pupils. PLoS ONE, 9(2), p.e88303.
Ponggalunggu WF, Pijoh DV, Wahongan PJG (2015). Jenis dan Kepadatan Tungau Debu Rumah pada Beberapa Habitat di Rumah Penderita Penyakit Allergy. Journal e-Biomedik, 3 (1): 254-60
Raulf M, Bergmann KC, Kull S, Sander I, Hilger C, Brüning T, Jappe U, Müsken H, Sperl A, Vrtala S, Zahradnik E, Klimek L. (2015). Mites and other indoor allergens – from exposure to sensitization and treatment. Allergo J Int (24): 68–80
Sari PI, Thaha AM, Kurniawati Y, Tjekyan S (2014). Hubungan Hasil Uji Dermatitis Atopik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. MKS, 46 (2): 95-103.
Shargorodsky, J., Garcia-Esquinas, E., Galán, I., Navas-Acien, A., & Lin, S. Y. (2015). Allergic Sensitization, Rhinitis and Tobacco Smoke Exposure in US Adults. PLoS ONE, 10(7), e0131957. http://doi.org/10.1371/journal.pone.0131957Spengler, J., Samet, J. and McCarthy, J. (2001). Indoor Air Quality Handbook. New York: McGraw-Hill.
Sundaru, H. (2005). Perbandingan Prevalensi dan Derajat Asma Antara Daerah Urban dan Rural Pada Siswa Sekolah Usia 13-14 Tahun. Disertasi: FK UI
US EPA. (2018). Why Indoor Air Quality is Important to Schools | US EPA. [online] Available at: https://www.epa.gov/iaq-schools/why-indoor-air-quality-important-schools [Accessed 15 Feb. 2021].
WHO. (2016). Preventing Disease Through Healthy Environments: A Global Assessment of The Burden of Disease from Environmental Risks. World Health Organization
WHO. (2016). Ambient Air Pollution: A Global Assessment of Exposure and Burden of Disease. World Health Organization
Wistiani, NH. (2011). Hubungan Pajanan Alergen Terhadap Kejadian Allergy pada Anak. Sari Pediatri, 13 (3): 185-90.